Belajar Mengendalikan Resiko dari HRO

Persyaratan baru dalam ISO 9001 adalah “Risk Base Thinking”. Pemikiran berdasarkan resiko ini harus dilakukan pro aktif dari awal, sehingga bukan bersifat reaktif setelah ada masalah. Dan ini harus melibatkan banyak pihak yang berkepentingan dalam organsisasi. Tidak mudah untuk menjadikan “Risk Base Thinking” sebagai budaya dalam organisasi. Untuk itu agar mempermudah dalam prakteknya, kita bisa belajar dari HRO (High Reliability Organization).

Apa itu HRO (High Reliability Organization) ?

HRO adalah organisasi kehandalan tinggi yang beroperasi dalam aktifitas yang kompleks dan berisiko tinggi dan telah berhasil mencegah terjadinya bencana atau kecelakaan serius untuk waktu yang lama. HRO juga didefenisikan dalam hal kemampuan organisasi untuk mengelola resiko dengan sukses dan mempertahankan kinerja yang hampir bebas dari kesalahan dalam periode waktu yang lama.

Keandalan yang tinggi digambarkan sebagai kondisi perhatian terus-menerus dalam suatu organisasi. Organisasi dengan keandalan tinggi memupuk ketahanan dengan memprioritaskan keselamatan tanpa henti dengan tekanan kinerja lainnya.

Contoh HRO adalah :

  • Industri Reaktor nuklir
  • Industri Penerbangan
  • Menara pengendali pesawat di airport
  • Industri kimia berbaya
  • Pemadam Kebakaran

Bisa kita bayangkan bahaya yang terjadi dalam reaktor nuklir atau dalam penerbangan jika terjadi kecerobohan atau resiko yang belum dipersiapkan dari awal. Bencana yang akan menyebabkan banyak korban tentu akan terjadi. Bencana besar akan terjadi jika HRO gagal untuk mencegah kecerobohan atau kecelakaan, seperti yang terjadi di kebocoran kimia di Bhopal India, reaktor nuklir Chernobel, pesawat ulang alik Challenger dll.

Teori HRO didasarkan pada keyakinan bahwa kecelakaan dapat dicegah melalui desain dan manajemen organisasi yang baik.

Sejarah HRO

Teori HRO berasal dari Normal Accident Theory, yang diawali oleh sekelompok peneliti di University of California. Mereka mempelajari organisasi yang bekerja dengan sistem yang kompleks dan berbahaya, sehingga operasi mereka harus bebas dari kesalahan.

Prinsip HRO

Organisasi dengan keandalan tinggi menggunakan sistem yang berpikir untuk mengevaluasi dan merancang keselamatan, mereka sangat menyadari bahwa keselamatan adalah bersifat dinamis, bukan statis. Ancaman baru terhadap keselamatan akan terus muncul, ketidakpastian bersifat endemik, dan tidak ada dua kecelakaan yang persis sama. Dengan demikian, organisasi dengan keandalan tinggi bekerja untuk menciptakan lingkungan di mana potensi masalah diantisipasi, terdeteksi lebih awal, dan hampir selalu merespons cukup awal untuk mencegah konsekuensi bencana. Pola pikir ini didukung oleh lima cara berpikir berikut.

Prinsip # 1: Selalu Memikirkan Potensi Kegagalan

Semua potensi kegagalan selalu di antisipasi dan harus diatasi segera. Kegagalan sekecil apapun selalu mendapatkan perhatian. Beberapa organisasi sering kali mengabaikan kegagalan atau penyimpangan kecil. Tetapi HRO tidak mengabaikan kegagalan apa pun, sekecil apa pun, karena penyimpangan apa pun dari hasil yang diharapkan dapat berubah menjadi tragedi. Oleh karena itu perlu bagi HRO untuk mengatasi setiap tingkat kegagalan baik yang berasal dari teknis, manusia atau proses secara keseluruhan dan segera. Bahkan, dalam HRO proses yang potensial mengganggu atau gagal selalu  diidentifikasi dan diatasi dari awal. HRO akan memberikan perhatian kenapa hal-hal bisa gagal, bahkan jika itu belum terjadi.

Setiap orang sadar dan berpikir tentang potensi kegagalan. Orang-orang memahami bahwa ancaman baru akan muncul secara teratur dari situasi yang tidak seorang pun bayangkan dapat terjadi, sehingga semua personel secara aktif memikirkan apa yang bisa salah dan waspada terhadap tanda-tanda kecil masalah potensial. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa setiap karyawan di setiap tingkatan dalam organisasi dengan keandalan tinggi ditugasi memikirkan cara-cara proses kerja mereka mungkin menyimpang. Rasa kewaspadaan bersama ini selalu ada. Ini berlaku untuk kegagalan kecil dan kegagalan besar yang berbahaya. Karyawan didorong untuk melaporkan kekhawatiran mereka atas potensi kegagalan, sehingga dapat membantu menciptakan praktik terbaik di seluruh organisasi. Setiap orang memiliki alat dan bahasa untuk berbagi budaya yang mendukung proses penguraian informasi dan transparansi. Hal ini sangat sesuai dengan ISO 45001, dimana seluruh karyawan dari seluruh tingkatan diminta dilibatkan dalam antisipasi semua potensi bahaya dan kegagalan dalan suatu proses.

Prinsip # 2: Keengganan untuk Menyederhanakan

Orang-orang menolak penyederhanaan pemahaman mereka tentang proses kerja dan bagaimana dan mengapa segala sesuatunya berhasil atau gagal dalam lingkungan mereka. Orang-orang di HRO memahami bahwa pekerjaan itu rumit dan dinamis. Mereka mencari penjelasan detail yang mendasarinya dan bukan hanya di permukaan saja. HRO mengenali nilai standardisasi alur kerja untuk mengurangi variasi, mereka juga menghargai kompleksitas yang melekat dalam jumlah tim, proses, dan hubungan yang terlibat dalam melakukan operasi sehari-hari. HRO memiliki aktifitas dan proses yang rumit dan kompleks, sehingga mereka harus menerima dan merangkul kompleksitas itu. HRO tidak menjelaskan masalah; sebaliknya, mereka melakukan analisis akar penyebab masalah dan menolak diagnosis sederhana.

Para pemimpin di HRO harus bersedia menantang keyakinan yang telah lama dianut. Mereka terus melihat data, tolok ukur dan metric kinerja lainnya. Untuk mencegah penyederhanaan, yang menggoda ketika kesuksesan tidak tercapai, para pemimpin harus terus mencari informasi yang menantang keyakinan mereka saat ini tentang mengapa ada masalah.

Prinsip # 3: Sensitivitas terhadap Operasi

Setiap masukan dianggap penting. HRO memahami bahwa gambaran terbaik dari situasi saat ini, terutama yang tidak terduga, berasal dari garis depan. Karena karyawan lini depan lebih dekat dengan pekerjaan daripada kepemimpinan eksekutif, mereka diposisikan lebih baik untuk mengenali potensi kegagalan dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan. Tidak ada asumsi dalam HRO. Konsentrasi yang konsisten pada proses mengarah pada pengamatan pada setiap proses, lalu komunikasikan serta pengambilan keputusan dan inisiatif baru yang cepat.

Para pemimpin di HRO tidak hanya duduk dan menunggu karyawan untuk melaporkan masalah. Mereka menciptakan kondisi keterbukaan dengan berkomunikasi secara teratur dengan karyawan dari seluruh lini. Mereka menunjukkan rasa hormat kepada individu dengan menganggap keprihatinan mereka dengan serius dan memberikan umpan balik ketika informasi dibagikan. Mereka mengunjungi tempat-tempat di mana pekerjaan dilakukan untuk mengamati dan mengajukan pertanyaan, praktik yang biasa disebut Gemba Walks.

Prinsip # 4: Menghormati Keahlian

Orang-orang di HRO menghargai bahwa orang yang paling dekat dengan pekerjaan adalah yang paling berpengetahuan tentang pekerjaan itu. Dengan demikian, orang-orang di HRO tahu bahwa dalam suatu krisis atau keadaan darurat, orang dengan pengetahuan terbesar tentang situasi mungkin bukan orang dengan status dan senioritas tertinggi. Kehormatan pada keahlian lokal dan situasi menghasilkan semangat penyelidikan dan penekanan pada hierarki dalam mendukung belajar sebanyak mungkin tentang potensi ancaman keselamatan. Dalam HRO, setiap orang diharapkan untuk berbagi keprihatinan dengan orang lain dan iklim organisasi sedemikian rupa sehingga semua anggota staf merasa nyaman berbicara tentang potensi masalah keselamatan.

Untuk tunduk pada keahlian, pemimpin harus tahu siapa di dalam organisasi yang memiliki pengetahuan dan keahlian khusus. HRO selalu menciptakan para ahli dan membantu karyawan yang mahir agar keterampilan mereka tetap tajam dan terkini. Keterampilan untuk mengidentifikasi bahaya dan memitigasi resiko diberikan bagi semua lini organisasi.

Prinsip # 5: Komitmen untuk Tangguh

Komitmen terhadap ketahanan berakar pada pemahaman mendasar tentang sifat kegagalan sistem yang seringkali tidak dapat diprediksi. Orang-orang di HRO menganggap sistem akan selalu beresiko untuk kegagalan, dan mereka berlatih melakukan peKomitmen nilaian cepat dan tanggapan terhadap situasi yang menantang. Tim mengembangkan penilaian situasi dan pemantauan silang sehingga mereka dapat mengidentifikasi potensi ancaman keselamatan dengan cepat dan baik menanggapi sebelum masalah keselamatan menyebabkan bahaya atau mengurangi keseriusan acara keselamatan. HRO memiliki proses pemulihan yang cepat. Ketahanan dalam organisasi yang terpercaya hingga mampu mengantisipasi titik-titik masalah dan berimprovisasi ketika hal-hal yang tidak terduga terjadi. Organisasi harus dapat mengidentifikasi kesalahan yang memerlukan koreksi sementara yang cepat dan pada saat yang sama berinovasi untuk mendapatkan solusi secara keseluruhan. Mereka mempersiapkan diri sebelumnya untuk keadaan darurat dan memiliki sarana komunikasi dan kontrol yang jelas.

Untuk menumbuhkan ketahanan, para pemimpin di HRO menekankan pentingnya bekerja bersama dalam tim multidisiplin dan menghilangkan hambatan untuk kolaborasi lintas fungsional. Mereka mendorong fleksibilitas anggota tim untuk mengakomodasi perubahan kondisi atau sumber daya. Anggota tim dilatih secara eksplisit tentang cara mengelola peristiwa yang tidak terduga.

Konteks saat ini

Penting untuk menyadari bahwa standardisasi diperlukan tetapi tidak cukup untuk mencapai organsiasi yang tangguh dan andal. Keandalan tinggi adalah proses yang berkelanjutan dan dinamis. Kelima prinsip ini membentuk fondasi bagi pola pikir peningkatan berkesinambungan bagi organisasi dengan kehandalan tinggi. Bahkan jika bisnis organisasi anda tidak berurusan dengan urusan hidup dan mati, ada pelajaran yang bisa dipetik dari mereka yang melakukannya. Masuk akal untuk mempertimbangkan dan menambahkan prinsip-prinsip ini ke dalam pendekatan organisasi anda sendiri untuk peningkatan yang berkelanjutan.

Bagaimana HRO memandang dan mempersiapkan resiko ?, karakteristik HRO?, bagaimana HRO melakukan penilaian terhadap resiko dari awal?, budaya HRO, dan aplikasi dari prinsip HRO dalam kontek saat ini. Semuanya akan dibahas di webinar WQA. Webinar ini free untuk seluruh klien WQA dan akan diselenggarakan di tanggal 18 April 2019 dan 20 September 2019 dari jam 13.30 – 15.00. Daftarkan segera karena slot yang terbatas.

 

Jadwal webinar WQA tahun 2019.

https://wqa-apac.com/wqa-webinar/

 

Sumber :

Weick et al 2007; Hines et al 2008; Chassin et al 2013; Rochlin 1999

Share this

Related Posts