Kita sering menyaksikan organisasi, perusahaan rintisan, bahkan merek besar yang naik begitu cepat — lalu tiba-tiba hilang dari radar. Mereka unggul karena ide segar, tapi terhenti karena tidak punya sistem untuk mempertahankan dan mengelola pertumbuhan. Inovasi tanpa arah dan tata kelola seperti kapal tanpa kemudi: cepat tapi mudah karam.
Di era perubahan yang cepat dan kompetisi tanpa batas ini, inovasi bukan lagi sekadar nilai tambah, tapi telah menjadi kebutuhan wajib bagi organisasi yang ingin bertahan dan berkembang secara berkelanjutan.
Inovasi Harus Dikelola, Bukan Sekadar Diandalkan
Banyak organisasi masih mengandalkan kreativitas spontan. Padahal, inovasi yang berdampak besar bukan hasil kebetulan, melainkan hasil dari proses yang terstruktur dan dikelola dengan baik.
Inovasi bisa dimulai dari:
- Tim inovasi khusus, yang memang bertugas mengeksplorasi ide dan peluang,
- Atau bahkan dari seluruh lini organisasi, di mana setiap orang diberi ruang untuk berkontribusi, menyampaikan ide, dan terlibat dalam eksperimen kecil yang bisa berdampak besar. Beberapa ide terbaik seringkali muncul dari orang-orang yang terlibat langsung di operasional sehari-hari. Maka dari itu, penting bagi organisasi untuk memberi ruang bagi semua orang untuk berkontribusi.
Namun, agar ide-ide tersebut tidak hilang begitu saja, organisasi butuh tata kelola yang jelas dan sistem yang mendukung.
ISO 56001: Membantu Organisasi Mengelola Inovasi Secara Sistematis
ISO 56001:2024 hadir sebagai standar internasional yang membantu organisasi membangun Sistem Manajemen Inovasi (Innovation Management System / IMS). Standar ini tidak hanya berbicara tentang menciptakan ide, tapi lebih jauh — bagaimana ide-ide itu dikelola, dikembangkan, diuji, dan diluncurkan.
Pendekatannya sangat sistematis. Organisasi diajak untuk:
- Menentukan konteks dan arah inovasi, agar strategi inovasi selaras dengan visi dan tantangan eksternal.
- Menetapkan kebijakan dan membangun budaya inovasi, sehingga setiap orang merasa aman dan terdorong untuk bereksperimen.
- Mengelola proses inovasi dalam tahapan yang jelas, mulai dari identifikasi peluang, pengembangan konsep, validasi, hingga deployment solusi.
- Membangun portofolio inovasi, agar organisasi bisa memilih ide mana yang layak dikembangkan lebih lanjut.
- Memperkuat kolaborasi internal dan eksternal, karena inovasi tak bisa dilakukan sendirian.
- Memantau kinerja dan melakukan perbaikan berkelanjutan, agar setiap proses terus disempurnakan.
Contoh Inovasi Sederhana
- Pada tahun 1970-an, Spencer Silver, seorang ilmuwan di perusahaan 3M, sedang mencoba mengembangkan lem super kuat. Tapi hasilnya justru lem yang tidak terlalu lengket dan bisa dilepas-pasang. Awalnya temuannya dianggap gagal.
Beberapa tahun kemudian, rekan kerjanya Art Fry, yang sering kesulitan menandai halaman buku, menemukan ide untuk menggunakan “lem gagal” itu pada kertas kecil agar bisa menempel dan dilepas tanpa merusak halaman.
Dengan dukungan sistem inovasi internal 3M — yang memberi ruang bagi ide eksperimen dan waktu untuk menguji coba — lahirlah produk yang kini kita kenal sebagai Post-it Notes. Produk ini menjadi salah satu ikon inovasi 3M dan menghasilkan miliaran dolar penjualan global.
💡 Pelajaran: Ide “gagal” pun bisa jadi inovasi besar jika dikelola dengan sistem yang terbuka dan mendukung percobaan.
- Stiker “Tutup Lagi” pada Bungkus Roti – Warburtons, Inggris
Warburtons, salah satu produsen roti terbesar di Inggris, pernah mendapat banyak komplain karena roti cepat kering setelah dibuka. Tim produksi melakukan investigasi dan menyadari masalahnya sederhana: pelanggan tidak menutup kemasan dengan benar.
Solusinya? Mereka menambahkan strip perekat kecil di bagian luar kemasan dengan tulisan: “Tutup Lagi untuk Roti Lebih Segar”.
Biaya penambahannya sangat kecil, tapi menurunkan keluhan pelanggan hingga 40% dan meningkatkan kepuasan pelanggan secara signifikan. Bahkan dianggap sebagai one of the smartest packaging tweaks in FMCG industry.
💡 Pelajaran: Inovasi kecil pada kemasan bisa menyelesaikan masalah besar — asal dilihat sebagai bagian dari sistem layanan pelanggan.
Inovasi Adalah Perjalanan Tanpa Garis Akhir
Tidak ada inovasi yang benar-benar selesai. Setiap keberhasilan membuka peluang baru untuk diperbaiki, ditingkatkan, atau bahkan diubah total. Perbaikan tidak ada hentinya. Inilah alasan mengapa organisasi perlu sistem — bukan sekadar untuk menciptakan ide, tapi untuk memastikan ide-ide itu bisa tumbuh dan berbuah hasil nyata.
ISO 56001 bukan hanya standar teknis. Ia adalah alat manajerial dan budaya untuk membawa organisasi Anda melampaui rutinitas — menuju masa depan yang lebih inovatif, berkelanjutan, dan tangguh terhadap perubahan.
“Organizations that do not innovate risk becoming irrelevant. Those who systematize innovation, lead the future.”
(AR)