Lingkungan Kerja Untuk Menumbuhkan Budaya Inovasi Berdasarkan ISO 56002:2019

ISO 56002 adalah Standar Internasional dari ISO (International Organization for Standardization) mengenai panduan sistem manajemen inovasi

Dalam ISO 56002:2019, disebutkan bahwa organisasi harus mempertimbangkan untuk menyediakan lingkungan kerja yang ditandai oleh beberapa karakteristik berikut:

1. Keterbukaan, Rasa Ingin Tahu, dan Fokus pada Pengguna

Lingkungan kerja yang terbuka, penuh rasa ingin tahu, dan berfokus pada pengguna memberikan ruang bagi karyawan untuk berbagi ide, wawasan, dan pengalaman. Hal ini mendorong tim untuk lebih memahami kebutuhan pengguna dan menciptakan solusi yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan mereka.

Contohnya adalah organisasi yang menyelenggarakan sesi diskusi terbuka dan forum ide, di mana karyawan dari berbagai departemen dapat berbagi pandangan, masukan, dan ide-ide baru yang berfokus pada memahami kebutuhan pengguna.

2. Mendorong Umpan Balik dan Saran

Organisasi harus mendorong karyawan untuk memberikan umpan balik dan saran. Ini menciptakan budaya di mana karyawan merasa nyaman untuk berbagi pandangan mereka, memberikan masukan konstruktif, dan berpartisipasi aktif dalam proses inovasi.

Contohnya adalah organisasi yang memiliki sistem umpan balik yang terstruktur, seperti kotak saran atau platform daring, yang memungkinkan karyawan untuk memberikan umpan balik, saran, atau ide-ide inovatif. Organisasi juga memberikan pengakuan dan insentif bagi karyawan yang memberikan kontribusi berharga.

3. Mendorong Pembelajaran, Percobaan, Kreativitas, Perubahan, dan Tantangan atas Asumsi yang Ada

Lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran, percobaan, kreativitas, perubahan, dan tantangan atas asumsi yang ada memungkinkan karyawan untuk mengembangkan ide-ide baru, menguji konsep, dan menciptakan solusi yang inovatif. Hal ini juga mendorong organisasi untuk terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi.

Contohnya adalah organisasi yang melibatkan karyawan dalam pelatihan dan program pengembangan untuk meningkatkan keterampilan inovasi dan kreativitas. Mereka juga mendorong tim untuk mengadopsi pendekatan eksperimental dan mencoba ide-ide baru, bahkan jika hal itu melibatkan perubahan paradigma atau tantangan asumsi yang ada.

4. Mendorong Pengambilan Risiko dan Pembelajaran dari Kegagalan sambil Tetap Melibatkan Karyawan

Organisasi harus menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa didukung untuk mengambil risiko dan belajar dari kegagalan. Dalam konteks inovasi, penting untuk memberikan ruang bagi eksperimen dan menghargai pembelajaran dari kegagalan, tanpa menyalahkan individu. Hal ini memastikan bahwa karyawan tetap terlibat dan termotivasi untuk terus berinovasi.

Contohnya adalah organisasi yang menciptakan budaya di mana karyawan merasa aman untuk mengambil risiko dan bereksperimen. Jika suatu proyek gagal, manajemen memberikan dukungan dan kesempatan untuk refleksi, membahas pelajaran yang dipetik, dan menerapkan pembelajaran tersebut ke proyek berikutnya.

5. Jaringan, Kolaborasi, dan Partisipasi Secara Internal dan Eksternal

Organisasi harus mendorong jaringan, kolaborasi, dan partisipasi antara tim dan departemen secara internal, serta melibatkan mitra eksternal, seperti pelanggan, pemasok, dan lembaga akademik. Kolaborasi ini memperkaya perspektif, memfasilitasi pertukaran ide, dan memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya yang beragam.

Contohnya adalah organisasi yang mendorong kolaborasi antardepartemen melalui pertemuan berkala atau acara tim lintas-fungsi untuk berbagi ide dan pengetahuan. Mereka juga menjalin kemitraan dengan lembaga akademik, startup, atau organisasi industri lainnya untuk pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman.

6. Keanekaragaman, Menghormati, dan Inklusivitas Orang, Disiplin, dan Perspektif yang Berbeda dalam Kegiatan Inovasi

Organisasi harus mendorong keberagaman, menghormati, dan inklusivitas dalam kegiatan inovasi. Menghargai perbedaan dalam pengalaman, latar belakang, dan pandangan memungkinkan terciptanya ruang untuk ide-ide yang beragam dan solusi yang lebih inklusif.

Contohnya adalah organisasi yang mengadopsi kebijakan perekrutan yang inklusif, mempromosikan keragaman dalam tim, dan memfasilitasi kolaborasi antarbudaya. Mereka juga memberikan ruang bagi karyawan untuk berbagi pengalaman dan pandangan mereka dalam proses inovasi, menghormati perbedaan dan mendorong kontribusi dari berbagai latar belakang.

7. Nilai Bersama, Kepercayaan, dan Perilaku yang Sama

Penting bagi organisasi untuk membangun nilai bersama ayng mendorong setiap individu di dalam organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya inovasi, dan mereka berbagi nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku yang mendukung budaya inovasi.

Contohnya adalah organisasi memiliki nilai bersama yang meliputi keberanian mengambil risiko, pembelajaran berkelanjutan, dan kolaborasi. Setiap anggota organisasi memahami bahwa pengembangan inovasi membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang terukur, dan mereka yakin bahwa pembelajaran terus-menerus adalah kunci untuk inovasi yang sukses. Mereka juga menganut nilai kolaborasi, yaitu pentingnya bekerja sama dan berbagi pengetahuan dengan anggota tim dan departemen lain untuk menghasilkan solusi inovatif. Keyakinan yang dibagikan oleh organisasi adalah bahwa inovasi dapat muncul dari berbagai sumber dan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi pada inovasi. Setiap anggota organisasi percaya bahwa mereka memiliki peran dalam menghasilkan ide-ide baru dan menciptakan perubahan positif dalam organisasi.

8. Menyeimbangkan Analisis dan Pengambilan Keputusan yang Berbasis Asumsi dan Bukti

Organisasi harus mencari keseimbangan antara analisis yang didasarkan pada asumsi dan pengambilan keputusan yang berdasarkan bukti. Ini berarti menggabungkan pemikiran kritis dengan data dan informasi yang relevan, sehingga keputusan yang diambil didukung oleh bukti yang kuat namun tetap mempertimbangkan pemikiran kreatif dan intuitif.

Contohnya adalah organisasi yang mendorong karyawan untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan sebelum mengambil keputusan inovatif. Mereka juga mengadakan sesi evaluasi dan diskusi berbasis bukti untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada pemahaman yang akurat dan terperinci.

9. Menyeimbangkan Perencanaan dan Proses Linear dan Non-Linear

Organisasi perlu mengakui bahwa inovasi seringkali melibatkan perencanaan dan proses yang tidak linear. Meskipun ada kebutuhan untuk rencana dan tindakan yang terstruktur, tetapi juga penting untuk mengizinkan fleksibilitas dan kebebasan dalam menjelajahi jalur baru, menguji hipotesis, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Contohnya adalah organisasi yang mengadopsi metode perencanaan yang fleksibel dan iteratif, seperti pendekatan Agile atau Lean, untuk mendukung inisiatif inovasi. Mereka memungkinkan pengujian konsep secara cepat, melakukan perubahan arah jika diperlukan, dan memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar dengan lebih responsif.

Menjadi penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung eksperimen, eksplorasi, dan kreativitas, sambil tetap mempertahankan kerangka kerja dan kontrol yang diperlukan untuk menjaga fokus dan efisiensi.

Dengan mempertimbangkan dan menerapkan prinsip-prinsip ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung budaya inovasi yang produktif, kreatif, dan kolaboratif. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan ide-ide baru, menguji konsep, dan menerapkan solusi inovatif yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan memajukan organisasi ke arah yang lebih baik. (AR)

 

Source ;
– ISO 56002:2019 Requirement
– WQA Learning

Share this

Related Posts

10 Tips Penting Sebelum Cuti Panjang

Kini saatnya kita kembali merajut kebersamaan dan kebahagiaan bersama keluarga tercinta dalam liburan panjang tahun ini. Setelah sekian lama bekerja k...