Risk Based Thinking bisa disingkat RBT bila diartikan secara bebas, risk based thinking berarti memperhatikan dan mempertimbangkan segala resiko dalam setiap pengambilan keputusan. Apa resiko yang ada, misalnya, bila organisasi akan membuat produk baru, atau akan mengeksekusi proyek baru mereka harus memikirkan resiko-resiko yang akan terjadi.
Konsep RBT ini sebenarnya mengubah konsep lama di ISO 9001:2008 terkait Tindakan pencegahan (preventive action), Dalam ISO 9001: 2015, Risk Based Thinking membuat Preventive Action (Tindakan Pencegahan) menjadi bagian = dari perencanaan strategis dan operasional, sehingga referensi dalam standar terkait “Preventive Action (Tindakan Pencegahan)” telah digantikan dengan “Actions to Address Risks and Opportunities (Tindakan untuk Mengatasi Risiko dan Peluang.”). Perusahaan sekarang diharapkan untuk mengidentifikasi risiko dan peluang, mengeksekusi langkah S.M.A.R.T. sesuai sasaran mutu dan perencanaan perubahan. Pertimbangan organisasi terhadapa risiko diharapkan menjadi proaktif daripada reaktif untuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi SMM mereka. Pada dasarnya, Risk Based Thinking mengubah seluruh sistem manajemen menjadi alat perencanaan pencegahan.
Untuk menerapkan risk based thinking, kita harus mengingat bahwa persyaratan tersebut, sama dengan process approach, menjiwai seluruh persyaratan lain dalam ISO-9001:2015. Maka sudut pandang yang harus diambil adalah sudut pandang secara makro, melihat sistem manajemen mutu secara keseluruhan. Misalnya: Kita lihat berbagai proses yang ada. Apakah pengaturan proses sudah didasarkan pada resiko-resiko yang ada yang mempengaruhi output dari proses? Apakah prosedur yang ada memberi penekanan berlebihan terhadap hal yang kurang beresiko tetapi kurang memberi penekanan pada hal yang justru lebih beresiko?.
Risk Based Thinking adalah bagian utama dari pendekatan proses, memastikan bahwa risiko dipertimbangkan dari awal sampai akhir proses. Kunci utama dari pendekatan proses adalah adanya proses organisasi yang beroperasi sebagai sebuah sistem yang terintegrasi. Dengan memahami kegiatan sebagai proses terkait yang berfungsi sebagai sistem yang lengkap, akan membantu organisasi untuk mencapai hasil yang lebih konsisten. Dengan demikian organisasi harus mempertimbangkan aktivitas input dan output; serangkaian kegiatan dalam proses, proses bekerja dalam sistem, sasaran dimana sistem harus beroperasi, dan arah dimana sistem harus pergi.
Esensi dari risk based thinking adalah kita harus membiasakan ‘berpikir atas dasar resiko’ untuk setiap keputusan penting yang akan dibuat. Dan hasil dari risk based thinking adalah sistem manajemen mutu yang benar-benar sesuai dengan kondisi dan situasi real yang dihadapi organisasi, tidak dipaksakan untuk menjadi sistem tertentu yang tidak sesuai dengan konteks organisasi.
Pada intinya, “Risk based thinking” dalam ISO 9001:2015 adalah termasuk aktifitas menilai setiap proses, aktifitas, keadaan (internal dan eksternal) dimana ada pengaruh ketidakpastian dalam mencapai tujuan. Dengan risks based thinking, maka semua resiko akan di identifikasi, dipertimbangkan dan di kendalikan sehingga resiko tersebut tidak mengganggu pencapaian tujuan. Bagi organisasi yang sudah memiliki budaya pemikiran berbasis risiko dalam proses bisnisnya, maka mereka akan mengimplementasikan update ISO 9001:2015 sebagaimana mereka biasa mengoperasikan bisnisnya.
WQA